BUDDHISM
1. SELECTED VERSES
1
AN 3.65: Kesamutti
Sutta
Sering disebut Kalama Sutta (?).
Nasehat Buddha Gautama kepada Suku Kalama atas beraneka-ragam ajaran/pandangan.
Nasehat Buddha Gautama kepada Suku Kalama atas beraneka-ragam ajaran/pandangan.
jangan percaya begitu saja 10 ; ( termasuk
dan terutama untuk Isi Blog ini ... agar jika tidak memungkinkan pencerahan
(sebagaimana yang diupayakan) semoga tidak mengakibatkan penyesatan (yang tidak
disengajakan).)
Etha tumhe, kālāmā, mā anussavena, mā
paramparāya, mā itikirāya, mā piṭakasampadānena, mā takkahetu, mā nayahetu,
mā ākāraparivitakkena, mā diṭṭhinijjhānakkhantiyā, mā bhabbarūpatāya,
mā samaṇo no garūti. Yadā tumhe, kālāmā, attanāva jāneyyātha: ‘ime dhammā
akusalā, ime dhammā sāvajjā, ime dhammā viññugarahitā, ime dhammā samattā
samādinnā ahitāya dukkhāya saṃvattantī’ti, atha tumhe, kālāmā, pajaheyyātha.
Marilah, O
penduduk Kālāma, jangan menuruti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kabar
angin, kumpulan teks, logika, penalaran, pertimbangan, dan penerimaan pandangan
setelah merenungkan, pembabar yang tampaknya cukup kompeten, atau karena kalian
berpikir: ‘Petapa itu adalah guru kami.’ Tetapi ketika, penduduk Kālāma,
kalian mengetahui untuk diri kalian sendiri: ‘Hal-hal ini adalah tidak
bermanfaat; hal-hal ini adalah tercela; hal-hal ini dicela oleh para bijaksana;
hal-hal ini, jika diterima dan dijalankan, akan mengarah menuju bahaya dan
penderitaan,’ maka kalian harus meninggalkannya.
Etha tumhe, kālāmā, mā anussavena, mā
paramparāya, mā itikirāya, mā piṭakasampadānena, mā takkahetu, mā nayahetu,
mā ākāraparivitakkena, mā diṭṭhinijjhānakkhantiyā, mā bhabbarūpatāya,
mā samaṇo no garūti. Yadā tumhe, kālāmā, attanāva jāneyyātha: ‘ime dhammā
kusalā, ime dhammā anavajjā, ime dhammā viññuppasatthā, ime dhammā samattā
samādinnā hitāya sukhāya saṃvattantī’ti, atha tumhe, kālāmā, upasampajja
vihareyyātha.
“Marilah, para penduduk Kālāma.
Jangan menuruti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kabar angin, kumpulan
teks, logika, penalaran, pertimbangan, dan penerimaan pandangan setelah
merenungkan, pembabar yang tampaknya cukup kompeten, atau karena kalian
berpikir: ‘Petapa itu adalah guru kami.’ Tetapi ketika, penduduk Kālāma, kalian
mengetahui untuk diri kalian sendiri: ‘Hal-hal ini adalah bermanfaat; hal-hal
ini adalah tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini,
jika dijalankan dan dipraktikkan, akan mengarah menuju kesejahteraan dan
kebahagiaan,’ maka kalian harus hidup sesuai dengannya.
— Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65
Link Media:
Link Data :
https://dhammacitta.org/teks/an/an3/an3.65-id-bodhi.html
Buddhism & Philosophy : The Kalama Sutta.pdf
Buddhism & Philosophy : The Kalama Sutta.pdf
2
AN 3.136: Uppādā Sutta
Sering disebut DhammaNiyama Sutta (?).
Dhamma tetap ada walau Buddha muncul atau tidak (pada masa Buddhakalpa dan atau Sunnakalpa)
Dhamma tetap ada walau Buddha muncul atau tidak (pada masa Buddhakalpa dan atau Sunnakalpa)
Dalam kitab suci Tipiṭaka pada Uppādāsutta
bagian Aṅguttara Nikāya 3.136:
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā
vā tathāgatānaṃ, ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā
aniccā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā
ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe
saṅkhārā aniccā’ti.
“Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul
atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma
ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah tidak kekal.’ Seorang Tathāgata
tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya,
mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya,
menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang
terkondisi adalah tidak kekal.’
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā
vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe saṅkhārā
dukkhā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā
ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe
saṅkhārā dukkhā’ti.
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul
atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma
ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah penderitaan.’ Seorang Tathāgata
tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya,
mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya,
menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang
terkondisi adalah penderitaan.’
Uppādā vā, bhikkhave, tathāgatānaṃ anuppādā
vā tathāgatānaṃ ṭhitāva sā dhātu dhammaṭṭhitatā dhammaniyāmatā. Sabbe dhammā
anattā. Taṃ tathāgato abhisambujjhati abhisameti. Abhisambujjhitvā abhisametvā
ācikkhati deseti paññāpeti paṭṭhapeti vivarati vibhajati uttānīkaroti: ‘sabbe
dhammā anattā’”ti.
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul
atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma
ini: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’ Seorang Tathāgata tercerahkan
pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya,
mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya,
menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena adalah
tanpa-diri.’”
Dalam agama Buddha, kelima hukum tersebut adalah sebagai berikut.
Utuniyāma, hukum
kepastian atau keteraturan musim.
Bijaniyāma, hukum
kepastian atau keteraturan biji.
Kammaniyāma, hukum
kepastian atau keteraturan kamma.
Cittaniyāma, hukum
kepastian atau keteraturan kesadaran.
Dhammaniyāma, hukum
kepastian atau keteraturan dhamma.
Link Media:
3
OVADA PATIMOKKHA
OVADA PATIMOKKHA
KN : Dhammapada 14.
Buddhavaggo = 183 – 185
Sabda Buddha kepada 1250 Arahata Ehibikkhu pada bulan Māghā di bulan purnama uposatha
Pada suatu saat, Ananda
Thera bertanya kepada Sang Buddha, apakah pelajaran-pelajaran dasar yang
diberikan kepada para bhikkhu oleh para Buddha terdahulu adalah sama seperti
pelajaran Sang Buddha sendiri sekarang. Kepadanya Sang Buddha menjawab bahwa
pelajaran-pelajaran yang dibabarkan oleh seluruh Buddha adalah seperti yang
diberikan pada syair 183, 184 dan 185 berikut ini :
183.Sabbapāpassa
akaraṇaṃ, kusalassa upasampadā Sacittapariyodapanaṃ
etaṃ buddhāna
sāsanaṃ.
184.Khantī paramaṃ
tapo titikkhā, nibbānaṃ paramaṃ vadanti buddhā; Na hi pabbajito parūpaghātī, na
samaṇo hoti paraṃ viheṭhayanto.
185.Anūpavādo anūpaghāto , pātimokkhe ca saṃvaro; Mattaññutā ca bhattasmiṃ, pantañca
sayanāsanaṃ; Adhicitte ca āyogo, etaṃ buddhāna sāsanaṃ.
Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
senantiasa mengembangkan kebajikan dan membersihkan batin; inilah Ajaran Para
Buddha.(183)
Kesabaran adalah praktek bertapa yang paling
tinggi. "Nibbana adalah yang tertinggi", begitulah sabda Para Buddha.
Dia yang masih menyakiti orang lain sesungguhnya bukanlah seorang pertapa
(samana).(184)
Tidak menghina, tidak menyakiti, dapat
mengendalikan diri sesuai dengan peraturan, memiliki sikap madya dalam hal
makan, berdiam di tempat yang sunyi serta giat mengembangkan batin nan
luhur;inilah Ajaran Para Buddha. (185)
Link Data :
Maghapuja: Ketika Para Bhikkhu Arahat Berkumpul
https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/kisah-pertanyaan-yang-diajukan-oleh-ananda-thera/
https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/kisah-pertanyaan-yang-diajukan-oleh-ananda-thera/
4
SN 47.19 : Sedaka
Sutta (SN 5:168)
Mahāvagga /3. Satipaṭṭhānasaṃyuttaṃ /2. Nālandavaggo / 9.
Sedakasuttaṃ
385.Sedaka Sutta
‘‘Kathañca , bhikkhave,
attānaṃ rakkhanto paraṃ rakkhati?
“Dan
bagaimanakah, para bhikkhu, bahwa dengan melindungi diri sendiri, ia melindungi
orang lain?
Āsevanāya, bhāvanāya, bahulīkammena – evaṃ
kho, bhikkhave, attānaṃ rakkhanto paraṃ rakkhati.
Dengan
cara terus menerus mempraktekan, mengembangkan, dan melatih [satipathana]. Dengan cara
demikianlah , para bhikkhu, dengan melindungi diri sendiri, ia melindungi orang lain.
Kathañca, bhikkhave, paraṃ rakkhanto attānaṃ
rakkhati?
“Dan
bagaimanakah, para bhikkhu, bahwa dengan melindungi orang lain, ia melindungi
diri sendiri?
Khantiyā, avihiṃsāya, mettacittatāya,
anudayatāya – evaṃ kho, bhikkhave, paraṃ rakkhanto attānaṃ rakkhati.
Dengan
kesabaran, apresiatif tidak mencelakai, cinta kasih, dan welas asih. Dengan cara demikianlah
, para bhikkhu, dengan melindungi orang lain, ia melindungi diri sendiri.
Attānaṃ, bhikkhave, rakkhissāmīti satipaṭṭhānaṃ
sevitabbaṃ;
paraṃ rakkhissāmīti satipaṭṭhānaṃ sevitabbaṃ.
“Aku akan
melindungi diri sendiri,’ para bhikkhu: demikianlah seharusnya satipathana dilatih.
‘Aku akan
melindungi orang lain,’ para bhikkhu: demikianlah seharusnya satipathana dilatih.
Attānaṃ, bhikkhave, rakkhanto paraṃ
rakkhati, paraṃ rakkhanto attānaṃ rakkhatī’’ti.
Dengan
melindungi diri sendiri, seseorang melindungi orang lain; dengan melindungi
orang lain, ia melindungi diri sendiri.”
Link Media:
Link Data :
https://www.facebook.com/notes/u-sikkhananda-andi-kusnadi/sedaka-sutta-sn-4719/10156178561692609/
http://www.themindingcentre.org/dharmafarer/wp-content/uploads/2009/12/12.19-Sedaka-S-s47.19-piya.pdf
http://www.themindingcentre.org/dharmafarer/wp-content/uploads/2009/12/12.19-Sedaka-S-s47.19-piya.pdf
5
DN 16: Mahāparinibbāna
Sutta
Sabda Terakhir Buddha Gautama menjelang Parinibbana
Khanda Beliau
Atha kho bhagavā
bhikkhū āmantesi – ‘‘Handa dāni, bhikkhave, āmantayāmi vo, Vayadhammā saṅkhārā Appamādena sampādethā’’ti.” Ayaṃ tathāgatassa pacchimā vācā.
Kemudian
Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Kini,
para bhikkhu, Kusabdakan padamu: segala yang berbentuk akan lenyap kembali,
berjuanglah dengan tekun tanpa lengah (dengan kewaspadaan untuk mencapai pembebasan), Inilah
sabda Sang Tathagata yang terakhir”
Link Media:
Link Data :
2. SELECTED THEME
Dhamma
Desana
1.SADDHA
Menghargai keberadaan manusia :
2.
SILA
Brahma Vihara
Vihara Batin
3. VIRIYA
4.
BHAVANA
Satipathana
Samatha
5.
BARDO ?
Kematian
INDONESIA
BHANTE =
ASHIN KHEMINDA
AYYA SANTINI
BHANTE ATTHADIRO
BHANTE ATTHAPIYO
BHANTE DHAMMASUBHO
BHANTE GUNASIRI
BHANTE JAYAMEDHO
BHANTE JAYARATANO
BHANTE JYOTIDHAMMO
BHANTE PANNAVARO
BHANTE SADDHAVIRO
BHANTE SANTACITTO
BHANTE SUCIRANO
BHANTE UTTAMO
BHANTE THITAYANNO
BHANTE U SIKKHANANDA
NOVICE
CORNELIS WOWOR
BHANTE =
ASHIN KHEMINDA
AYYA SANTINI
BHANTE ATTHADIRO
BHANTE ATTHAPIYO
BHANTE DHAMMASUBHO
BHANTE GUNASIRI
BHANTE JAYAMEDHO
BHANTE JAYARATANO
BHANTE JYOTIDHAMMO
BHANTE PANNAVARO
BHANTE SADDHAVIRO
BHANTE SANTACITTO
BHANTE SUCIRANO
BHANTE UTTAMO
BHANTE THITAYANNO
BHANTE U SIKKHANANDA
NOVICE
CORNELIS WOWOR
ENGLISH
AJAHN BRAHM
ASHIN OTTAMA
BHANTE OLANDE
BHANTE PUNNAJI
BHANTE VIMALARAMSI
DALAI LAMA
MINGYUR RIPONCHE
PA AUK SAYADAW
SAYADAW REVATA
SN GOENKA
PLUS LAINNYA