EPILOG = PROCESS PROGRESS : tentang keniscayaan ( THE REAL ) Sadhguru Yasudev quote : Every human being should know the highest possibilities in life are, Whether they will walk the path all the way or not is up to them. Setiap manusia seharusnya mengetahui apa kemungkinan tertinggi dalam hidup. Apakah mereka akan menrmpuh jalan itu sepenuhnya atau tidak adalah terserah mereka.
3. Synthesis : THE REAL (capaian yang nyata)
Sanatana Dhamma dalam kompleksitas Realitas Fenomena a. Transendensi Keabadian UniversalTerjagalah ! Transendensi kehadiran demi keabadian : vs niyama dhamma via mediasenantiasa ada dampak dari pandangan, tindakan dan capaiantataran pencapaian > progress penempuhan > kefahaman pengetahuanb:Harmonisasi Keberadaan EksistensialMenjagalah ! Harmonisasi dalam kehidupan : vs peran eksistensialsedaka sutta : menjaga diri & orang lainanjali/namaste : menghormati esensi murni didalam > segalanya interconnected (orang lain adalah diri kita sendiri dalam peran yang berbeda) demikian juga alam dsb. Untuk layak mekarnya bunga transendental ,kemantapan akar eksistensial sila dan batang kasih universal harus tumbuh berkembang baik menunjang dahan bhavana penembusan dan pencerahan di internal dan juga ke eksternal.c. Eskatologi (kiamat akhir zaman ?) Kelanjutan SpiritualBerjagalah ! Eskatologi untuk kematian : vs bardo (1 chikhai - 2 conyid - 3 sidpa bardo)Kehidupan tidak pasti, kematian pasti pencerahan masih mungkin diusahakan kala kematian (pandangan Mahavira jainisme bukan Guru Padmasambhava Tibetan Buddhism... maaf ~ AK).Inilah pentingnya kemurnian brahma vihara yang bukan hanya memurnikan dana sila Dhamma Vihara sepanjang kehidupan dan (plus desana) menumbuh kembangkan potensi tihetuka (alobha adosa amoha) yang akan juga menunjang kecakapan penembusan meditatif pemurnian batin Ariya Vihara dalam menyambut kematian.
Bersedia untuk senantiasa terjaga menjaga berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) . Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan & kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?). So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) .
1. orientasi kesadaran
2. transendensi kearhatan
3. transformasi kecakapan
4. aktualisasi kemapanan
5. harmonisasi kewajaran
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, VisekhaSwadika :Talenta, :Visekha:2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajarankecakapan :kemapanan, :kewajaran :3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Racut : Bardo :Alam :
1. orientasi kesadaran 2. transendensi kearhatan 3. transformasi kecakapan 4. aktualisasi kemapanan 5. harmonisasi kewajaran | 1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha Swadika : Talenta, : Visekha: 2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaran kecakapan : kemapanan, : kewajaran : 3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Racut : Bardo : Alam : |
TRIADE = GNOSIS - EXODUS - WISDOM
GNOSIS = Sadhguru Yasudev Quotes : If you are looking for solace, belief system is fine. But if you are looking for a solution, you have to seek. Jika anda mencari hiburan, sistem kepercayaan baik-baik sajalah. Tetapi jika anda mencari solusi anda harus mencarinya.
EXODUS = Sadhguru Yasudev Quotes : Only in transendence can there be transformation. When you keep rising from where you are right now, one day you will be profoundly transformed. Hanya dalam transendensi dapat ada transformasi Ketika anda terus bangkit dari posisi anda saat ini, Suatu hari anda akan ditransformasi secara mendalam .
WISDOM = Sadhguru Yasudev Quotes : Whatever competence, capabilities and genius we may have - all of it is meaningful when there is balance. Apapun kompetensi, kemampuan dan kegeniusan yang mungkin kita miliki. Semua itu bermakna hanya jika ada keseimbangan.
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, VisekhaSwadika :Talenta, :Visekha:2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajarankecakapan :kemapanan, :kewajaran :3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Racut : Bardo :Alam :
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaa
Dalam kesedemikian perlu keberdayaan dengan keselarasan dalam keseluruhan untuk meniscayakan keberadaa
1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
Data lama :
2020-10-05 22:04
95205
2020-10-05 22:04
379636
Yang perlu kita fahami, sadari dan hadapi tampaknya bukan sekedar kegilaan insani atau kematian alami namun terutama kelupaan abadi akan kesejatian diri dalam setiap episode permainan keabadian yang disebut (siklus) kehidupan (dan kematian) ini. Prolog :Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya. dari : wawasan esoterisTerlepas dari prasangka asumtif nivritti negatif tersuratnya (KM4 Dukkha, Nibidda, dst) , tanpa referensi Buddhisme wawasan spiritualitas bukan hanya terasa hambar & dangkal levelnya namun bisa jadi salah arah dalam keterpedayaan samsarik ? 3. Synthesis : THE REAL (capaian yang nyata)Synthesis : Just For Seeker 2
Menghadapi Keabadian (swadika - talenta - visekha1. Menghadapi Keabadian : Swadika, Talenta, Visekha
2020-10-05 22:04 | 95205 | ||
2020-10-05 22:04 | 379636 |
1a. Swadika :Swadika berkaitan dengan level esensi Panna untuk bawaan kelanjutan.Tabel 10 level Kesadaran Gnosis
Dimensi
Tanazul Genesis KeIlahian
↓
Taraqi Eksodus Pemurnian
↑
Simultan progress Triade
Transendental
ESENSI MURNI
? ! .
Transendental
ajatam
abhutam
Panna
(theravada?)
Universal
akatam
asankhatam
Eksistensial
Asekha ?
Nibbana
Universal
ENERGI ILAHI nama brahma
Transendental
Anagami
suddhavasa
Samadhi
(vajrayana ?)
Universal
Anenja
arupavacara
Eksistensial
Vehapala >Abhasara
rupavacara
Eksistensial
MATERI ALAMI rupa kamavacara
Transendental
Mara/Kal, ...
triloka
Sila
(mahayana?)
Universal
Yama , Saka, ...
svargaloka
Eksistensial
asura? < Bhumadeva
apayaloka
10 ? transendental 3 + universal 3 + eksistensial 3 = 9 ? 9 dimensi mandala di atas + 1 for Indefinitely Infinitum ( Realitas Aktual Transenden > Fenomena Formal Immanen dari personal laten deitas ) for humbling in progress to mystery.
Dimensi | Tanazul Genesis KeIlahian ↓ | Taraqi Eksodus Pemurnian ↑ | Simultan progress Triade | ||
Transendental | ESENSI MURNI ? ! . | Transendental | ajatam | abhutam | Panna (theravada?) |
Universal | akatam | asankhatam | |||
Eksistensial | Asekha ? | Nibbana | |||
Universal | ENERGI ILAHI nama brahma | Transendental | Anagami | suddhavasa | Samadhi (vajrayana ?) |
Universal | Anenja | arupavacara | |||
Eksistensial | Vehapala > | rupavacara | |||
Eksistensial | MATERI ALAMI rupa kamavacara | Transendental | Mara/Kal, ... | triloka | Sila (mahayana?) |
Universal | Yama , Saka, ... | svargaloka | |||
Eksistensial | asura? < Bhumadeva | apayaloka |
Kutipan :Tiga Pesan Abadi keheningan kosmik yang diungkapkan para Buddha : Jauhi kejahatan, jalani kebajikan, sucikan fikiran Link video : Dhammadipateyya (Paradigma Berpandangan : Dhamma-Oriented ) Bhante Pannavaro Link video : Arogya parama labha (kesehatan adalah keuntungan utama) Pencerahan Magandiya Sutta Bhante Pannavaro Well, Salut kepada Buddha yang menempatkan synthesis keswadikaan di atas thesis kebahagiaan untuk pencerahan kebebasanNya dari antithesis dukkha kesemuan "penderitaan".dari : Gnosis for Seeker Berikut adalah tabel alternative teparinama penempuhan "kontemporer" bagi etika pacekka (atau mungkin juga Buddha Savaka ?)
No
Level
(peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan)
Sila revised
(pakati + pannati : varita & carita)
(Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian
Kebijaksanaan
Dhamma Vihara
(Kelayakan terniscayakan)
Prior Input
Final Output
1
Elementary
Suta maya paññā (intelek)
Pancasila
Diba Vihara (surga ?)
Padaparama dihetuka
Neyya tihettuka
2
Intermediate
Cintā maya paññā (intuisi)
Atthasila
Jhana (lokiya & lokuttara)
Brahma Vihara (Ilahi?)
Vehapala (rupa + arupa?)
Gotrabu Anuloma
3
Advance
Bhāvanā maya paññā (insight)
Samanasila
Magga & Phala (irreversible ?)
Ariya Vihara (murni?)
Sekha
Asekha ?
Mengenai cara penempuhan sudah banyak referensi yang diberikan bagi realisasi ini. Para Seeker bisa menanyakan langsung pada para Bhante atau Guru spiritual /Pemandu Meditasi yang bukan hanya lebih berkompeten namun juga sesungguhnya ini wilayah mereka yang sudah sepantasnya bagi kita yang di luar sasana untuk tahu diri, tahu malu dan tahu sila untuk tidak 'tranyakan' melanggar bukan hanya area kewenangan mereka namun juga wilayah kesemestaan bersama yang beragam ini. Walau sebagai seeker kita telah memahami akan proses saddha KM4/ JMB 8 dalam triade sila-samadhi-panna untuk dijalani,. semisal : chart Pa Auk Sayadaw, etc (juga : Ajahn Chah, Bhante Punnaji, Bhante Vimalaramsi, dsb)
Harusnya terbalik urutannya dari logika proses penempuhannya & by product peniscayaannya (Sila- Samadhi-Panna untuk Vihara kelayakannya ).
No | Level | (peningkatan kefahaman Dhamma : pengetahuan ,penmpuhan, penembusan) | Sila revised (pakati + pannati : varita & carita) | (Samatha Pemantapan keberimbangan + Vipassana pemurnian Kebijaksanaan | Dhamma Vihara (Kelayakan terniscayakan) | Prior Input | Final Output |
1 | Elementary | Suta maya paññā (intelek) | Pancasila | Diba Vihara (surga ?) | Padaparama dihetuka | Neyya tihettuka | |
2 | Intermediate | Cintā maya paññā (intuisi) | Atthasila | Jhana (lokiya & lokuttara) | Brahma Vihara (Ilahi?) | Vehapala (rupa + arupa?) | Gotrabu Anuloma |
3 | Advance | Bhāvanā maya paññā (insight) | Samanasila | Magga & Phala (irreversible ?) | Ariya Vihara (murni?) | Sekha | Asekha ? |
Tersenyum seperti Buddha (Smile like a Buddha ... not as a Buddha ? ) Be Realistics to Realize the Real
Tersenyumlah seperti Buddha walau itu memang masih 'fake' (semu) dan tidak 'real'(nyata).Ini bukan dimaksudkan untuk 'memotivasi' diri bagi kesombongan pencitraan diri dengan melagakkan seakan pencapaian keniscayaan telah terjadi hanya dengan cara itu.Ini dimaksudkan untuk mengarahkan diri untuk kebijaksanaan penyadaran diri dengan melayakkan peniscayaan keniscayaan yang secara murni dan alami seharusnya terjadi.Senyum kearifan Ariya yang melampaui sikap positif apalagi negatif.
Bagi Dia yang sudah terjaga itu ekspresi authentik Bagi kita yang belum terjaga itu exercise holistik
Tersenyum seperti Buddha JMB 5karena terfahami secara intelektual simsapa kebenaran spiritualKecakapan Pandangan benar akan mengarahkan fikiran benar (kesadaran notion batin)Kecakapan fikiran benar akan mengarahkan tindakan bajik (ketulusan dana sila etc)Kecakapan tindakan bajik akan mengarahkan asset mulia (kemurnian punna kusala )Dhamma indah pada awalnya dengan terlampauinya tataran eksistensial diri(harmoni dunia - terhindar apaya - terlayakkan surga = Dibba Vihara )
Tersenyum mengarah Buddha JMB 8karena tercapai secara meditatif acinteya hakekat kenyataan spiritualPaska asset mulia terus lanjutkan Adhi-Sila (alobha -adosa - amoha : tihetuka)Paska Adhi-Sila terus lanjutkan Adhi-Citta (Samma Samadhi : Jhana Brahma )Paska Adhi-Citta terus lanjutkan Adhi-Panna (Samma Vipasana: Gotrabu Nana?) Dhamma indah pada pertengahannya dengan terlampauinya tataran universal diri(harmoni batin - terlampaui moksa - terlayakkan magga = Dhamma Vihara )
Tersenyum sebagaimana Buddha JMB 10karena terbukti secara insight advaita desain labirin permainan spiritualDengan masaknya Adhi-Panna layaklah Realisasi Keterjagaan (nibbana: pemurnian magga/phala )Dalam Realisasi Keterjagaan layaklah Realisasi Kebijaksanaan (panna: sabbanutta/ patisambhida?)Dalam Realisasi Kebijaksanaan layaklah Realisasi Ketercerahan (kiriya: kusala non karmik?)Dhamma indah pada akhirnya dengan terlampauinya tataran transendental diri (harmoni - terbuka nibbana - terlampaui samsara = Ariya Vihara )
Dhamma akan melindungi siapapun yang menempuhnya dengan benar, tepat dan sehat.Teruslah memperjalankan 'diri' demi semakin terjaganya orientasi, kualifikasi & realisasiJalani saja proses penempuhannya secara murni tanpa perlu ambisi/obsesi yang menghalangi.Layakkan diri sebagaimana kaidah Niyama Dhamma meniscayakan pelayakannya secara alami.Terima, kasihi dan lampaui segala episode penempaan diri sebagaimana ariya nantinya.Layakkan diri sebagai Ariya ... maka jikapun nibbana pembebasan belum (mampu/perlu?) tercapai , maka keterjagaan, kebijaksanaan dan ketercerahan akan membawa keswadikaan, keberdayaan, dan kebahagiaan dimanapun wilayah, bagaimanapun suasana dan apapun peran zenka keabadian yang dijalani .... Pada hakekatnya, Samsara hanyalah ilusi mimpi dari Nibbana bagi semuanya.
Note : Wacana di atas itu bahasa sastra, bro/sis. Jangan diterima wantah. (payah, deh?). Memang ada tehnik terobosan meditasi smile dari Bhante Vimalaramsi yang menggunakan metta bhavana sebagai alternative anapanasati umumnya. Smile digunakan untuk mengembangkan metta, ketenangan dalam kearifan batin, relax tidak tegang terobsesi mengharap hasil instan, etc. "Senyum kiriya" yang autentik & holistic tentu saja jika itu murni & alami sebagai asekha. Well, sekedar gambaran tambahan. Buddha factor (keberadan Buddha) yang sabbanutta atas pelayakan metode atas kemasakan indriya para savakaNya memang krusial. Sesungguhnya tidak hanya 40 kammathana yang dibabarkan. Saat ini memang ada banyak metode selain peta baku spiritualitas Buddhisme Realisasi penempuhan JMB 8 untuk pencapaian kualitas arahat 10 yang digunakan bagi para samana selain versi Myanmar,(Pa Auk Sayadaw, Mahasi Sayadaw ,etc ) ada juga metode terobosan lainnya yang kreatif kontemporer demi proses pelayakan umat dengan tetap tidak meninggalkan pakem ajaran semisal metode bertahap Ariya Magga mendiang bhante Punnaji , metode TWIM bhante vimalarmsi bahkan locally ada juga dari Bhante Gunasiri, MMD Hudoyo belum lagi dari Tibetan Vajrayana / Mahayana / Zen bahkan yang dianggap kontroversial semacam Dhammakaya dlsb. (Lihat dan nilai uji sendiri referensi upload kami ). Apapun itu semua hendaklah dihargai sebagai upaya samvega spiritualitas para Neyya Buddhism dalam merealisasikan ajaran ... walau mungkin beda di permukaan namun semoga di kedalaman akan mecapai level pencerahan yang sama / setara juga (tentu saja jika dasar pengetahuan, penempuhan dan penembusannya benar, tepat dan sehat dalam kemurniannya ). Sebagai padaparama dihetuka di luar sasana kami ungkapkan ini dengan tanpa maksud intervensi "mengompori" keharmonisan sasana dengan mana pembenaran kesombongan untuk membela/meninggikan yang satu apalagi dengan mencela/merendahkan lainnya.
plus : PARADIGMA SEDERHANA KEMBALI MEMBUMI IMPERSONAL REALITY :
impersonal Reality : keselarasan kesadaran berpandangan taransendental, kelayakan berpribadi universal dalam kewajaran berprilaku eksistensial menatap Buddha Rupang reversed inference (Empati kosmik < Direct Insight?) Dibalik Sita Hasitupada Rupang Buddha : Apa arti senyumMu, Tathagata ? Dilemma Acinteya Simsapa Buddha Gautama : Aku (sesungguhnya) tidak pernah menyusahkan dunia namun dunia ini (sewajarnya?) akan selalu menyusahkan aku. Apakah yang seharusnya dilakukan ? secara transendental (sebagai zenka swadika ) JMB 10 Apakah yang sebetulnya dilakukan ? secara universal ( sebagai media semesta ) JMB 8 Apakah yang sepatutnya dilakukan ? secara eksistensial (sebagai figur persona ) JMB 5 Dalam shunyata permainan keabadiaan dualitas ini bhava samsara terdelusi keakuan & kemauan faktisitas/vitalitas keberadaan diri dan cenderung “kegeden anggep & kakehan karep’ (membesarkan kebanggaan eksistensialitas diri & mengejar kebahagiaan eksternalitas) biarlah kusadarkan mereka dengan dengan sisi lain dualitas permainan ini dengan idea simsapa kenyataan dukkha derita pelekatan tanha akan anicca segala proses perubahan kemenjadian yang ada di segala sesuatu atas delusi samsarik pemeranan diri yang anatta ....untuk KEBIJAKAN ADDUKHA DEMI KEBENARAN ANICCA BAGI KEBAJIKAN ANATTA. So, Just be Impersonal
Intinya : No (fake) Ego ... Just be IN One .... Do as Ariya be LEVEL IMPERSONAL > LABEL PERSONAL keniscayaan kesedemikianan > pengharapan penganggapan
perlu kelayakan > kesadaran > kefahaman : acinteya ariya - panna kiriya Keswadikaan pemurnian kesejatian : dari MLD (moha - lobha - dosa) /asava (anusaya- nivarana- kilesha vs panna- samadhi- sila ? ) kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process ) kewajaran meng-esa & kesadaran anatta ( Taoism weiwuwei = action without actor / acting ?.... just process )
1b. Talenta :Talenta berkaitan dengan bakat zarah Bhavana untuk bawaan selanjutnyaIntelgensia kecerdasan tidaklah sebatas fitrah naluri ego belaka namun juga nurani ke-Esa-an ... tidak sekedar instink, ataupun sebatas intelek belaka (cogito ergo sum, Rene Descartes ? ) namun membentang luas dan dalam (intuisi, insight, etc). Sejumlah manusia (tanpa menafikan para ariya & anariya di dimensi lainnya : asura, dewata, brahma, dsb ) walau dalam keterbatasan & pembatasannya sebagai mikrokosmos bagian dari Living Makrokosmos yang tidak sekedar eksistensial namun juga universal bahkan transendental mampu bukan hanya mengalami namun juga menguasai bahkan melampaui level ini Berikut Table intelgensia kecakapan Z (Eneagram 9 + 1= 10 ?) untuk dikembangkanNo
Level
Dimensi
Tantien pusat
Tantien hati
Tantien otak
Z
1
Elementary
3 tataran intelek
1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/,
2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/,
3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/;
123
2
Intermediate
3 wawasan intuisi
6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/;
5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/,
4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/,
654
3
Advance
3 penembusan insight
7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah
8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/,
9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/)
789
dari: http://teguhqi.blogspot.com/2014/07/pilpres-jokowi-2014.html // http://teguhqi.blogspot.com/2014/05/3-pribadi-inspiratif-2013.html dalam pemberdayaannya (kesadaran, kecakapan, kemapanan dan ketaqwaan), sejumlah manusia mungkin saja mampu berkembang mendahului lainnya bukan hanya secara intelek (yang popular didewakan saat ini), namun juga intuisi (sayang sudah agak diabaikan sekarang) dan insight (sudah langka dan terlupakan?). 9 kecerdasan mungkin tercapai ( 3 tataran intelek =1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; 3 wawasan intuisi = 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; 3 penembusan insight = 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah/, 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) namun demikian jika tidak dibarengi dengan orientasi kesadaran 10 maka itu semua tanpa makna. Realisasi Kecerdasan tingkat 10 (baca: sepuluh) atau orientasi kesadaran 10 (baca: satu-nol) ini mungkin yang dimaksudkan sebagai insan kamil, homo novus (New Man) atau apapun istilahnya – suatu pencapaian kesempurnaan manusia dalam keterbatasannya. Namun sebagaimana proses pemberdayaan dan orientasi ketawaddhuan sebelumnya inipun harus dianggap hanya sebagai proses berkelanjutan bukan maqom penghentian. Inilah perbedaan yang mendasar antara kesejatian pencerahan bijak seorang panentheist, keimanan sejati para monotheist atau bisa jadi pencarian murni kaum heretis dengan kesemuan ‘pencerahan’ pantheist, ‘wawasan’ agnostic, maupun ‘pandangan’ atheist. Keberkahan dan pemberkahan hanyalah dari, oleh, untuk dan kembali kepadaNya. Realisasi kebenaran bukan identifikasi pembenaran. Dalam keikhlasan bukan dengan kepamrihan. Senantiasa memberdaya diri secara berkelanjutan dalam JalanNya (sesuai fitrah yang ditentukanNya) dan tidak terperdaya setinggi apapun perolehan yang dicapainya (menurut anggapan kerdil terhadap diri sendiri maupun pengakuan semu dari orang lain.
No | Level | Dimensi | Tantien pusat | Tantien hati | Tantien otak | Z |
1 | Elementary | 3 tataran intelek | 1. AQ /Adversity Quotient - ketahanan berjuang/, | 2. EQ /Emotional Quotient - keluwesan interaksi/, | 3. IQ /Intelligence Quotient - kepandaian kognitif/; | 123 |
2 | Intermediate | 3 wawasan intuisi | 6. ASQ /Adversity Spiritual Quotient - kemantapan yogi/; | 5. ESQ /Emotional Spiritual Quotient - keihsanan ummi/, | 4. ISQ /Intelligence Spritual Quotient - keterarahan sati/, | 654 |
3 | Advance | 3 penembusan insight | 7. ADQ /Adversity Divine Quotient- mukasyafah | 8. EDQ /Emotional Divine Quotient - Mahabatullooh/, | 9. IDQ /Intelligence Divine Quotient - Ma'rifatullooh/) | 789 |
Tentang kesaktian metafisik dalam penempuhan kemurnian spiritual : SINERGI = EVOLUSI + HARMONI
SINERGI = EVOLUSI + HARMONI
Well, godaan & cobaan Ego dalam pemurnian kesejatian sadhaka adalah dalam kemelekatan (apalagi keserakahan) dengan perolehan kesejahteraan (duniawi/surgawi) & keperkasaan (kesaktian/keilahian?) walau niatan yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian itu memang memungkinkan untuk terjadi bagi para yogi meditator handal sekalipun (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi) . Bukan untuk niatan menghibur diri sebagai padaparama dihetuka jika kami jujur mengatakan : jangankan untuk melampaui untuk menguasai / memiliki saja sulit .... nggak bisa, hehehe. Setiap level memiliki prasyarat & labirin jebakannya sendiri ... semakin dalam, semakin berat. Inilah seninya kembali murni dalam kesejatian yang anatta .... kawan & lawan setiap diri adalah dirinya sendiri (asava internal bukan dunia eksternal ... sebagaimana di kedalaman bukankah demikian juga di permukaan ?). Singkat kata, kemurnian haruslah ditempuh dengan, dalam & untuk kemurnian juga ... walaupun kesaktian & perolehan kecakapan/ kemapanan/ kekuasaan lainnya memang bisa didapatkan karena memang ada korelasi antara kemurnian sila, samadhi & panna dalam mandala kesunyataan ini. Dalam asivisopama sutta Buddha men-simile-kan kecenderungan kita ini sebagai pencuri (bagi pemegahan semu) bukanlah kebijaksanaan penempuh (demi kebenaran sejati) ? (See : keteladanan Buddha untuk melampaui di bawah)
Kutipan lengkap komentar Bahiya : DATA 01022021/PRIOR/KOMENTAR VLOG TQ SD 13012020 LAGI.pdf p.6
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOG Untuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).STATISTIK ? Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).BAHIYA SUTTA ? Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).EPILOGDalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana.
Anumodana Bhante Ashin Kheminda dan DBS atas tayangan public Dhamma Desana Bahiya Sutta ini setelah Asivisopama sutta lalu
PROLOGUntuk kesekian kalinya saya harus jujur mengagumi kebijaksanaan taktis demi transendensi pencerahan yang bukan hanya translingual namun transrasional Buddha Gautama sebagaimana pembabaran alur dukkha asivisopama sutta sebelumnya untuk menyadarkan faktisitas keberadaan problem dilematik samsara diri (analisis 16 nana vipassana paska samatha : via ‘stepping stone’ nibbida untuk melonggarkan cengkeraman upadana kemelekatan papanca samsarik agar sankhar-upekkha keberimbangan formasi termantapkan - anuloma peniscayaan tersesuaikan dan transformasi gotrabu terlayakkan bagi realisasi magga-phala nibbana pencerahan sehingga keniscayaan aktualisasi kiriya non-karmik sebagai Ariya secara autentik murni terrefleksikan ).STATISTIK ?Ke-Buddha-an adalah potensi nirvanik dari esensi murni segala level spiritualitas keberadaan samsarik yang harus menempuh faktisitas penempuhannya masing-masing . Nibbana adalah keterjagaan dan samsara adalah keterlelapan. Buddha sesungguhnya adalah Dia (semoga juga kita semua akan demikian) yang sudah bangun terjaga dari mimpi tidur samsariknya. Semua bhava samsara sesungguhnya (disadari atau tidak) adalah pengarung Dharma keBuddhaan di samudera samsara walaupun dalam label eksistensial bukan penganut ‘agama’ Buddha. So, (maaf) jangan terdelusi statistic kuantitas populasi Buddhist di permukaan.Buddhisme yang dibabarkan Buddha Gotama adalah segenggam permata kebijaksanaan simsapa yang karena jangkauan pemberdayaannya sangat luas (tidak hanya untuk pendewasaan pribadi, keharmonisan duniawi, perolehan surgawi, pencapaian brahma, kemampuan abhinna namun bahkan terutama pemurnian bagi keterbebasan dari samsara ini) relative bukan hanya tidak lebih mudah difahami namun juga akan cukup susah untuk dijalani bagi semua bhava samsara yang masih terlelap dalam mimpi keakuan, terseret dalam banjir kemauan, tersekap dalam kesemuan , terjebak dalam kenaifan, dsb… sedangkan demi kelayakan penempuhan (terutama untuk ‘uncommon wisdom’ pembebasan) sejumlah kode etik kosmik kemurnian yang tidak selalu ‘popular’ dengan kecenderungan pembenaran samsarik kepentingan ego mutlak memang perlu dijalankan pelayakannya, antara lain kedewasaan menerima, mensikapi dan melayakkan diri atas kaidah karma ( > pembenaran manipulatif kepercayaan harapan/anggapan akidah pengampunan/ pelimpahan) , kemurnian aktualisasi holistik (> defisiensi kepamrihan/ pencitraan) , refleksi kasih murni tiada batas tanpa eksploitasi standar ganda, menjaga harmoni keseluruhan sebagaimana yang Beliau niscayakan tanpa noda (identifikasi pembanggaan kesombongan diri), tiada cela (eksploitasi pembenaran kepentingan diri) tetap bermain ‘cantik’ (harmonisasi transenden pada wilayah immanent … walau memiliki Dasabala keunggulan adiduniawi tetap bijak dan murni terjaga tidak memanipulasi tataran samsara duniawi dibawahNya …. karena walau samsara 'hanyalah' fenomena bayangan kenyataan semu dari Realitas kebenaran Nibbana namun adalah tetap tidak etis bagi yang telah terjaga melanggar ‘aturan main’ wilayah mimpinya . Samsara dalam advaita mandala ini tampaknya memang perlu ‘ada’ bukan hanya sekedar menampung aneka kehebohan pagelaran chaotik drama delusive bagi keterlayakan level episode berikutnya namun juga demi tetap berlangsungnya keberagaman pada kasunyatan abadi ini?) dalam masa pembabaran Dhamma paska pencerahan hingga parinibbana kewafatanNya (laporan ‘pandangan mata batin Ariya’ proses adiduniawi non-empiris paranibbana Beliau oleh Arahata Anurudha kepada Sekha Ananda atas validitas konsistensi keniscayaan Magga Phala Samma-SambuddhaNya).BAHIYA SUTTA ?Dari prolog dan komentar awal tampaknya karakteristik alur tema Anatta akan dibabarkan pada sessi Bahiya Sutta ini. Sangat menarik untuk disimak karena pra asumsi awal kami … dari tilakhana, anatta adalah factor krusial pembeda yang membuat Ariya Dhamma ini bukan hanya melingkupi (bisa mencapai) namun juga mengungguli (bisa melampaui) lainnya (lokiya : asura dewata/ anenja brahma ?). Faktor Anicca dalam batas tertentu memang bisa difahami dan dilalui lokiya dhamma (norma duniawi – etika surgawi .. awas /ditthi + tanha/ dan sangat liarnya sensasi kemauan yang bisa menjerumuskan ke Lokantarika paska pralaya 2 ?) , factor dukkha pada level tertentu juga masih bisa disadari dan dicapai anenja dhamma ( unio mystica – pantheistics … awas /mana + avijja/ plus masih naifnya fantasi keakuan dimensi Abhassara untuk menyeret kembali dalam perangkap samsara paska pralaya 4 ? ) namun annata adalah factor penentu yang memungkinkan lokuttara dhamma ini mampu mengaktualisasi kemurnian penempuhan (> defisiensi kepamrihan & pencitraan) secara konsisten meniscayakan ‘peniscayaan/ keniscayaan’ dalam kelayakan realisasi pencerahan transeden (keterjagaan dari keterlelapan mimpi/ delusi samsara ini – keterbebasan ‘esensi murni’ ke-Buddha-an dari cangkang delusi ‘pancupadana khanda’ tanpa kebodohan identifikasi dan eksploitasi pembodohan dari keterpedayaan/ ketersesatan/ keterperangkapan intra-drama pengembaraan semu samsara ini kembali (singgah/pulang) ke ‘rumah sejati’ Nibbana ).EPILOGDalam mandala advaita kasunyatan abadi ini sebagaimana samma-panna nibbana yang perlu disadari dan ditembus daya sentrifugal kebijaksanaanNya demikian pula tanha-avijja samsara tampaknya juga perlu difahami dan dilampaui daya sentripetal kecenderungannya. So, sebagaimana harmoni musik peregangan senar kecapi walau viriya memang diperlukan untuk mensegerakan dan konsisten dalam penempuhan namun tampaknya perlu juga panna kebijaksanaan untuk menjaga keberimbangannya dalam kewajaran harmonisasi eksistensial maupun kesadaran transendensi spiritualnya.Semoga refleksi epilog ini tidak menjadi anti klimaks yang dianggap mementahkan samvega kegairahan yang tengah dibangun para Neyya Buddhist (karena ini juga akan berdampak merugikan bagi para truth seeker dalam menyerap referensi yang diperlukan bagi wawasan pengetahuan dan tataran penempuhannya juga).
Salam Namo Buddhaya dari padaparama di 'luar' sasana.
1c. Visekha:Visekha berkaitan dengan hisab karmik Sila untuk bawaan berikutnyaKutipan : 31 Alam Kehidupan Samsarik & Nirvanik https://www.sariputta.com/artikel/ajaran-dasar/konten/31-alam-kehidupan-menurut-ajaran-agama-buddha/1012atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan ) + flora & abiotik ? / 1
Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2
Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
tampaknya pada kolom universal Uppekha Brahma yang relatif stabil (maksudnya tidak mobile / fragile tidak begitu labil sehingga lolos sementara tidak terkena dari siklus rupa pralaya samsarik dimensi 'materi' : dunia 1 + apaya 4 & juga surga deva kamavacara 6 & Rupa Brahma 3 dibawahnya sebagai rupa lokantarika di antara Brahmanda & lokuttara nantinya sebelum siklus berikutnya) perlu digeser posisi antara anenja 5 & asannasata 6 ... bukan hanya dikarenakan life span (masa hidup) namun juga dari ketangguhan samadhi mereka dalam labirin kosmik paralel penembusan saddhamma. Asaññasatta tersekap (terjatuh) dalam rupa sedangkan anenja 'hanya' terjebak (terlelap) dalam nama. Direvisi resumenya?. Atau bisa juga Brahma Vehappala 4 digeser ke tengah jadi nomor 5 karena keseimbangannya sebagai nama atas rupa (BUKAN KESOMBONGAN, KESERAKAHAN & KEBENCIAN, LHO) dibandingkan Asaññasatta 4 yang menolak nama batin bahkan malahan menjadi melekat pada rupa materi bahkan mungkin juga justru nomor 6 mengungguli anenja yang terlelap dalam nama dan acuh dengan rupa pada level anariya (?) walau memang memiliki masa hidup (life span) yang lebih lama dibandingkan para Brahma lainnya (bahkan termasuk Ariya anagami suddhavasa di level atasnya) berdasarkan kalkulasi matematis Gnosis Buddhisme. Direvisi lagi resumenya ?apaya asura ? hehehe, tampaknya itu rahasia kosmik, guys. Vishnu mungkin tidak suka namun tampaknya tidak bagi Shiva yang arif, Brahma dan Saka memang ahli & baik namun naif untuk hal ini. Dalam permainan samsarik ini keberadaan guardian "penyeimbang" bagi keberlangsungan kesemuan, kenaifan & keliaran hingga perlunya serial recycling daur ulang pralaya perbaikan kerusakan paska kekacauan dimensi tampaknya memang perlu ada. Tanpa maksud mencela & membela, dalam diri setiap kita para zenka pengembara keabadian tampaknya memang masih ada 'drive' ariya dan asura di dalamnya. Dalam dimensi kamavacara tampaknya asura, yama & mara memang guardian utama untuk permainan samsarik di level bawah, tengah & atas. Ini sebetulnya bahasan paling menarik namun sayangnya akan sangat sensitif tampaknya (sungkan, ah) referensi acuan? intinya tetaplah autentik & holistik (tidak identifikatif apalagi manipulatif)
Kutipan :3b) (Membicarakan soal Kebenaran dan Agama.docx). semoga tanggap demi empati, harmoni, sinergi. kebersamaan semua. /mencela itu tercela bukan hanya untuk yang tidak selayaknya dicela bahkan juga jikapun dianggap layak untuk itu awas kesombongan, jaga keseimbangan demi kebijaksanaan akan Kesunyataan holistik / So, jadilah berkah yang mencerahkan/ memberdayakan bukan limbah yang menyusahkan/memperdayakan di/ke manapun kita berada bukan hanya bagi diri sendiri namun juga makhluk lain di setiap living cosmic ini. So, pastikan keberdayaan Saddhamma bukan hanya yakinkan kepercayaan belaka! penempuhan nyata tidak sekedar pengetahuan belaka. Saddhamma adalah aktualisasi autentik pemastian sesuai kaidah Realitas bukan sekedar harapan persangkaan keyakinan saja (Real realized>identifikatif & manipulatif ?). Bijaksanalah untuk senantiasa bersiaga dengan segala kemungkinan sejati yang /akan/ ada (kualitas transendensi ariya > mahakammavibhanga 4 > ekspektasi asura ? ) minimal bersiaplah menerima, menghadapi dan melampauinya (realisasi level swadika, kualifikasi genia talenta & hisab visekha) ! (See = siklus samsarik gnosis fase 3 mandala di atas : sungkan & riskan bilang sebetulnya .... BTW sekarang tanggap ya mengapa & bagaimana dalam gnosis buddhisme siklus pralaya samsarik terjadi bukan hanya pada dunia, apaya namun juga surga bahkan hingga rupa brahma jhana 3 ) So, spiritualitas memang mutlak mengharuskan kemurnian bukan sekedar kelihaian (terkadang segala kenekatan penempuhan, kehebatan pencapaian & kehebohan perolehan sering menjadi labirin jebakan penjerat/penjebak/penjatuh yang sangat ampuh bagi yang belum terjaga & tidak waspada apalagi jika caranya bertentangan dengan Saddhamma ... bumerang, guys). Cari quote video Mahadeva Shiva yang menyayangkan motif Asura karena memujaNya demi transaksi hadiah kekuatan/kemuliaan bukan demi pensucian kesejatian yang seharusnya lebih berguna demi transformasi diri. (memberatkan keakuan & mengumbar kemauan ... kebodohan internal dengan pembodohan eksternal ?) Shiva memang fair mengesankan kesemuanya dan tidak mengenaskan, bukan typical personal god laten deitas yang naif & liar untuk dieksploitasi karena harapkan pengakuan/ pemujaan apalagi persaingan & kebencian /kesalah-fahaman Asura yang fatal dalam persangkaan & pandangannya dalam/sebagai ke-Ilahi-an?) .... bagi pemurnian autentik kesejatian harusnya bukan demi transaksi kepamrihan pencitraan yang semu, nsif & liar yang merugikan perkembangan pencapaian spiritualitas semuanya. Har har Mahadev seri berapa, ya ? (lupa tayangan TV dulu). Jika saja memang benar level Shiva Mahadeva Hinduisme setara dengan Mara Buddhisme ini tetaplah menjadi keunggulanNya .. senantiasa terjaga & waspada tidak butuh pengakuan walau memang belum menyadari keanattaan realitas diri sebagaimana Buddha Tusita (avatara ke 9 Vishnu ?) yang mencapai pencerahan Nirvanik..
Keteladanan Acinteya yang telah direalisasi& tetap dijalani Buddha walau tanpa dipublikasi dalam simsapa sutta ini apa juga difahami & disadari Savaka-Nya ? Link data lain : Ulasan : Simsapa tipitaka + acinteya udumbara /mahakasapa/Sayang ...hanya Bhante Mahakasapa Arahata yang memahami universalitas kaidah kosmik Buddhism yang tersirat.Walau cenderung agak nivritti negative namun cukuplah simsapa tipitaka etc yang tersurat untuk paradigma holistik lanjut.(Buddhism dhutanga > pabajitta > upasaka (neyya > padaparama) > umat luar sasana > makhluk lain) No Buddhism ? Herman Hesse save
| Wilayah | 1 | 2 | 3 |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
| Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 |
| Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
| Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) |
| Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
| Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 |
| Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan ) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
2. Menghadapi Kehidupan : kecakapan, kemapanan, kewajaranData lama :
2021-01-17 22:51
65255
2021-01-17 22:51
430203
Well, ini akan jadi menarik juga untuk kembali membumi sebagaimana sebelumnya menghadapi kompleksitas kenyataan hidup bersama lainnya dalam wisdom kewajaran eksternal dengan gnosis kesadaran internal tersebut. Setelah mendaki bersama Buddha ini saatnya bagaimana menari bersama Shiva. No, terma 'falling to the bottomless pit' ( menjatuhkan diri ke lubang/jurang tak berdasar ... guyonan Sadhguru) ini jangan payah diterima wantah , kita akan menuruni lembah kewajaran dengan kesadaran .. itu maksud beliau tampaknya. (kepekaan daya tanggap intuitif tidak sekedar keahlian daya tangkap intelektual). Just joke, jika saja semuanya memang harus kembali ke nibbana apa artinya permainan alami akan keterlelapan samsara bagi mandala ini ? jika saja semuanya hanya perlu mengembara di samsara apa artinya kerinduan azali akan keterjagaan nibbana bagi mandala ini ? Semoga guyonan ini tidak dianggap memanjakan kenaifan /keliaran kita untuk memperdayakan amanah kebebasan spiritual yang diberikan apalagi untuk mementahkan samvega ketergugahan/kemendesakan spiritualitas bagi semuanya karena tanpa kepastian transformasi kebenaran, kebajikan dan kebijakan yang sejati bukan hanya evolusi pribadi namun juga harmoni dimensi hampir tidak akan mungkin terjadi .... walaupun memang tiada guna menyesali kegagalan yang terjadi agar tetap perwira bertanggung jawab, senantiasa bijaksana memperbaiki dan semakin berdaya menyempurnakan evolusi diri dengan menjaga juga harmoni dimensi.
Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :kutipan : dari : http://teguhqi.blogspot.com/2020/04/quo-vadis.html?m=0
I say that madness is the first step towards unselfishness. Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,” The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means. Be mad, and remain a mad brother to your mad brother.
"Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan. Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.Ulasan :(sadar terjaga namun wajar bersama ) (ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini)
Link Video :simak & rehat ( masih cari time stampnya, bro/sis ... ?)dari Vlog ELA (eling lan awas) tentang kedewasaan psikologis spiritual dalam/untuk membumi kemantapan terindividuasi kehandalan beraktualisasi
dari Vlog Secret Society ... Mafia Globalis ... agak paranoid ?
2a. kecakapan,
Video : identitas kosmik vidhyarambam 10'05'survival, financial, universal kecakapan :kemapanan, :kewajaran :
2b. kemapanan,
Memastikan persada kesiagaan ( kemapanan ekonomi , sosial, etc ) untuk mandiri , santuti dan berbagi. mandiri : kemantapan subsistensi mandiri, kontribusi sesama & emergency daruratbekerja, berusaha hingga walaupun tetap mau & mampu menjalani ibadah lumrah bekerja namun sesungguhnya telah berada dalam level asset yang mantap dimana tidak perlu lagi bekerja (sudah mampu mencukupi kebutuhan, meluangkan kontribusi dll dari assset deposit/benefit dirinya - kuadaran kecerdasan finansial kiyosaki 4) bukan karena tidak mau bekerja karena kemalasan (walau ada kesempatan) atau sudah tidak mampu lagi bekerja karena keterbatasan (usia tua, sakit dll)ataupun bagi yang sedang & sudah menjalani Samana Dhamma sebagai pabajita ataupun ordo pelayanan monastik & humanistik lainnya. (sudah terjamin dalam kontribusi umat, warga, dsb) santuti = bersahaja (sederhana sebatas kebutuhan>keinginan>ketamakan) Well, dunia kehidupan ini sesungguhnya mampu mencukupi semuanya dengan kelimpahan, kedamaian & kebahagiaan namun tidak akan mampu untuk memenuhi keserakahan, kesombongan dan kesewenangan seorang manusia sekalipunberbagi (caga/dana) = kesediaan melepas, berbagi & memberi Orang lain (lebih luas makhluk lain) adalah diri kita sendiri yang kebetulan saja saat ini menjalankan peran yang berbeda
2c. kewajaran
Video :Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyatahttps://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s
empati, harmoni & sinergi : bisa ngemong tidak asal ngomongempati :harmoni , :sinergi :dari : Disamping kemantapan eksistensial dalam peran duniawi saat ini (citra persona biasa saja, smart skill bisa juga, asset hidup cukup) ; jangan lupa (ini justru yang utama) siagakan untuk kelanjutan perjalanan kehidupan nantinya (level swadika keariyaan , bakat talenta kecakapan & hisab visekha kelayakan ). Sedangkan, untuk kenyamanan keseluruhannya : berempati (pada dasarnya semuanya sama saja ... laten deitas dari Sentra sejati yang sama hanya beda label & level pada dimensi mandala pada saat ini . Well, orang lain / makhluk lain adalah sebagaimana diri kita sendiri namun saat ini berada dalam peran yang berbeda .... walau respek dalam metta atas casing 'dagelan' nama rupa masing-masing memang tetap perlu diperhatikan sesuai skenario kehidupan yang berlangsung ... tidak anggep 'arogan" & norak tranyakan ), menjaga harmoni dan bersinergi dalam kebersamaan & kesemestaan ini.
Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan)dengan kecakapan spiritual ?SHIVAVitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata
ganti
https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s
GANTI LINK= Video sekarang dijadikan asset pribadi, copy right claim ?https://www.youtube.com/watch?v=qfc2wHA5mcE&list=PLZZa2J4-qv-ZBWPEiuMhyQJhEcUR6ou3k&index=13&t=710s
atau https://www.youtube.com/watch?v=qfc2wHA5mcE&list=PLZZa2J4-qv-ZwDoIpVt0iBi8sDWUyXBAQ&index=11&t=710s
maaf timestamp tidak tepat lagi jadinya
https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s
Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta) karena cinta kasih persahabatan kehidupan universal & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/ Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/
Melengkapi inner strength kesadaran Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul
Keterlatihan sikap nekhama (melepas) /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga sila supaya kotoran batin internal berkurang /49m40s/ latihan melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini
kearifan internal untuk kebaikan eksternal (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/ aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/
Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada terbuka lebar tidak untuk dihindari /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/
Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/
Kearifan Shiva Buddha ? intinya sama dengan kesadaran dalam kewajaran (cara pasti tetapi aksi luwes) integritas di kedalaman namun vitalitas di permukaan .walau tetap tampak dalam kewajaran di permukaan namun senantiasa menjaga kesadaran di kedalaman untuk. memberdaya kecakapan, kemapanan & kearhatan (dimanapun ,kapanpun dan sebagai apapun peran keberadaannya)... progressive in progressing. Jika saja proses pemberdayaan ini memang berjalan sehat dan tepat tampaknya kemurnian & kesejatian akan berpotensi segera terealisasi nyata.Wei Wu Wei = Just consciously action x being compulsive actor
3. Menghadapi Kematian : Racut , Bardo , Alam Data lama :
2021-01-17 21:39
33042
2021-01-17 21:39
196619
Link video : Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni
Ingat, tanpa menafikan peran kebersamaan universal manusiawi kita sebagai faber mundi (pemberdaya peradaban) di bumi, pada dasarnya kita hanyalah viator mundi (pengembara yang singgah bukan penghuni tetap) dalam kehidupan duniawi kita saat ini dengan casing peran persona dagelan nama-rupa samsarik untuk keberlanjutan kehidupan berikutnya lagi. Jagalah keberkahan di bumi dan bawalah keberkahan untuk saat nanti. Sebagaimana tuning frekuensi gelombang arus kesadaran, tanpa menafikan akumulasi karmik sebelumnya konsistensi sikap, tindakan dan capaian diri saat ini akan berdampak pada konsekuensi yang akan diterima nanti demikian seterusnya.Menghadapi Kematian (racut - bardo - rebirth
2021-01-17 22:51 | 65255 | ||
2021-01-17 22:51 | 430203 |
| Kesadaran Nekhama (induktif penempuhan) demi kearhatan spiritual? BUDDHA Integritas autentik menuju peniscayaan kesejatian murni | Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata |
ganti | ||
| https://www.youtube.com/watch?v=MiGKxvXhI8Q&list=PLZZa2J4-qv-bpW9lgcl0XfLNL7tfMzZZD&index=32&t=32m57s GANTI LINK= Video sekarang dijadikan asset pribadi, copy right claim ?https://www.youtube.com/watch?v=qfc2wHA5mcE&list=PLZZa2J4-qv-ZBWPEiuMhyQJhEcUR6ou3k&index=13&t=710s atau https://www.youtube.com/watch?v=qfc2wHA5mcE&list=PLZZa2J4-qv-ZwDoIpVt0iBi8sDWUyXBAQ&index=11&t=710s maaf timestamp tidak tepat lagi jadinya | https://www.youtube.com/watch?v=jHRjJygTkPA&list=PLZZa2J4-qv-ZvsV83eVEiRBtw2dLvbu91&index=2&t=5m&35s |
| Pengetahuan & Penempuhan Dhamma Pengetahuan Dhamma tidak lah identik /jaminan pasti akan praktek penempuhan nyata pribadi/prilaku seseorang /19s / Kesulitan belajar Buddha Dhamma karena pembandingan dengan system lain & proses pencapaian nyata / 11m/ Pembelajaran Dhamma bertahap tidak sekaligus & sesuai kemampuan penerima /14m11s/ Kebajikan memberi (x meminta) karena cinta kasih persahabatan kehidupan universal & respek penghormatan /16m13s/ Memberi bukan pilihan tetapi keniscayaan dalam kehidupan /19m9s/bahkan kewajiban moral Dhamma untuk berbagi /21m49s/Pengendalian diri untuk tidak berprilaku buruk mengacau /22m49s/ Kebaikan walau memang berdampak baik juga namun tanpa perlu kepamrihan harapan /25m31s/apalagi bebas dari kemalangan ? Tetapi /26m45s /.. jarang dengar dhamma /30m57s/ Melengkapi inner strength kesadaran Menjalani Dhamma saja tidak cukup harus ada pengetahuan kebijaksanan /32m57s/ agar tidak sombong /36m9s/ benci kesal /37m/ /41m51s /melengkapi inner strengrth kekuatan mental di dalam untuk hindari jebakan kesombongan, kebencian /44m57s/ kesadaran mendeteksi fikiran buruk yang muncul Keterlatihan sikap nekhama (melepas) /45m27s/ dengan kesadaran juga berlatih nekhama melepaskan (tdk harus sebagai bhikkhu) /45m56s/ melepaskan dalam memberi dengan kesadaran tanpa perangkap harapan untuk mendapatkan yang lebih banyak ( bukan hakekat memberi 46m24s) /48m35s/ menjaga sila supaya kotoran batin internal berkurang /49m40s/ latihan melepaskan keinginan /51 m/ tanpa kemampuan sikap melepaskan kita akan menderita karena hal tsb adalah kenyataan alamiah /52m2s/ nekhama sebagai latihan yang tidak bisa dipilih … keniscayaan yang harus dilatih. Keniscayaan melepaskan adalah keniscayaan tetapi sikap untuk melepaskan harus dilatih. Untuk tidak menderita hingga akhir hidup. /52m39s/ kebajikan melepaskan membuat orang bahagia karena tidak bertentangan dengan hokum universal ini | kearifan internal untuk kebaikan eksternal (Walau memang) anda tidak bisa melakukan apa yang anda inginkan apapun (dengan seenaknya) tetapi anda bisa hidup (tetap bahagia) seperti yang anda inginkan – /3m12s/ aksi haruslah sesuai dengan yang dituntut situasi /4m41s/ berlatih hidup dalam satsang untuk hadapi kenyataan hidup /5m21s/ Memahami aksi yang diperlukan Semua yang anda lakukan adalah aksi tindakan /5m35s/ Apakah anda melakukannya dengan sadar consciously (aksi tindakan berkesadaran ) atau melakukannya secara kompulsif (secara bodoh seakan jebakan nyata ) adalah pilihan / 5m41s/ Lakukanlah aksi dengan sadar maka hidup akan indah /6m10s/ Hidup bukan jebakan pintu keluarnya selalu ada terbuka lebar tidak untuk dihindari /6m17s/ Apapun yang anda fikirkan, rasakan & lakukan adalah aksi anda /7m11s/ Menentukan aksi sesuai cara hidup Jika anda menetapkan cara diri anda, maka apapun yang anda lakukan hanya tergantung dari situasinya. Tergantung dari situasi apa yang ada, sesuai dengan itu kita bereaksi /8m3s/ Aksi sesuai dengan situasi tuntutan dan tawaran (namun) cara hidup (tetaplah) milik anda /8m30s/ Jika anda telah memutuskan cara hidup , hiduplah secara itu , lakukan aksi sebagaimana diperlukan /8m39s/ |
2021-01-17 21:39 | 33042 | ||
2021-01-17 21:39 | 196619 |
3a. Racut Lullaby Song of Madalasa Upadesha from The Mārkaṇḍeya Purāṇa … Kidung Nina Bobo Ratu Madalasa kepada puteranya (Rshi Markandeya) Link Data : https://www.thestorygenie.com/blog/the-lullaby/or : https://unboundintelligence.com/madalasa-upadesha/
Verse 1śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// maɱdālasollapamuvāca putram|Madalasa says to her crying son:// “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”Madalasa berkata kepada putranya yang menangis: //“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "Verse 2śuddho’si re tāta na te’sti nāma // kṛtaɱ hi tatkalpanayādhunaiva|//paccātmakaɱ dehaɱ idaɱ na te’sti //naivāsya tvaɱ rodiṣi kasya heto||“My Child, you are Ever Pure! You do not have a name. //A name is only an imaginary superimposition on you.//This body made of five elements is not you nor do you belong to it.//This being so, what can be a reason for your crying ?”“Anakku, kamu Selalu Murni! Anda tidak punya nama.// Nama hanyalah lekatan khayal yang dikenakan pada Anda. // Tubuh yang terbuat dari lima elemen ini bukanlah Anda dan bukan pula milik Anda. // Karena itu, apa yang menjadi alasan Anda menangis? "Verse 3na vai bhavān roditi vikṣvajanmā //śabdoyamāyādhya mahīśa sūnūm|//vikalpayamāno vividhairguṇaiste //guṇāśca bhautāḥ sakalendiyeṣu||“The essence of the universe does not cry in reality. // All is a Maya of words, oh Prince! Please understand this. //The various qualities you seem to have are are just your imaginations, //They belong to the elements that make the senses (and have nothing to do with you).”“Esensi alam semesta tidak menangis dalam Realitas kenyataan. // Semuanya adalah kata-kata Maya, oh Pangeran! Mohon mengerti ini. // Berbagai kualitas yang tampaknya Anda miliki hanyalah imajinasi Anda, // Mereka termasuk dalam elemen yang membuat indra (dan tidak ada hubungannya dengan Anda). ”Verse 4bhūtani bhūtaiḥ paridurbalāni // vṛddhiɱ samāyāti yatheha puɱsaḥ| // annāmbupānādibhireva tasmāt //na testi vṛddhir na ca testi hāniḥ||“The Elements [that make this body] grow with accumulation of more elements, or//Reduce in size if some elements are taken away //This is what is seen in a body’s growing in size or becoming lean depending upon the consumption of food, water etc. //YOU do not have growth or decay.”“Unsur-unsur [yang membuat tubuh ini] tumbuh dengan akumulasi lebih banyak unsur,// atau Kurangi ukurannya jika beberapa elemen diambil // Inilah yang terlihat pada tubuh yang membesar atau menjadi kurus bergantung pada konsumsi makanan, air, dll.// KAMU tidak memiliki pertumbuhan atau kerusakan. "Verse 5tvam kamchuke shiryamane nijosmin // tasmin dehe mudhatam ma vrajethah| //shubhashubhauh karmabhirdehametat //mridadibhih kamchukaste pinaddhah||“You are in the body which is like a jacket that gets worn out day by day. // Do not have the wrong notion that you are the body. //This body is like a jacket that you are tied to, // For the fructification of the good and bad Karmas.”“Anda berada di dalam tubuh yang seperti jaket yang semakin hari semakin aus. // Jangan salah paham bahwa Anda adalah tubuh. // Tubuh ini seperti jaket yang diikat, // Untuk fruktifikasi dari karma baik dan buruk. "Verse 6tāteti kiɱcit tanayeti kiɱcit // aɱbeti kiɱciddhayiteti kiɱcit| // mameti kiɱcit na mameti kiɱcit //tvam bhūtasaɱghaɱ bahu ma nayethāḥ||“Some may refer to you are Father and some others may refer to you a Son or //Some may refer to you as Mother and some one else may refer to you as Wife. // Some say “You are Mine” and some others say “You are Not Mine” // These are all references to this “Combination of Physical Elements”, Do not identify with them.”“Beberapa mungkin menyebut Anda adalah Ayah dan beberapa lainnya mungkin merujuk Anda sebagai Putra atau // Beberapa orang mungkin menyebut Anda sebagai Ibu dan beberapa orang lain mungkin menyebut Anda sebagai Istri.// Beberapa orang mengatakan "Kamu adalah milikku" dan beberapa lainnya mengatakan "Kamu bukan milikku"// Ini semua adalah referensi ke "Kombinasi Elemen Fisik", Jangan identifikasi dengannya. "Verse 7sukhani duhkhopashamaya bhogan //sukhaya janati vimudhachetah| // tanyeva duhkhani punah sukhani //janati viddhanavimudhachetah||“The ‘deluded’ look at objects of enjoyment, // As giving happiness, by removing the unhappiness. // The ‘wise’ clearly see that the same object // Which gives happiness now will become a source of unhappiness.”“Pandangan yang 'tertipu' pada objek kenikmatan, // Seperti memberi kebahagiaan, dengan menghilangkan ketidakbahagiaan. // Orang 'bijak' dengan jelas melihat objek yang sama // Yang memberi kebahagiaan sekarang akan menjadi sumber ketidakbahagiaan. "Verse 8yānaɱ cittau tatra gataśca deho // dehopi cānyaḥ puruṣo niviṣṭhaḥ| // mamatvamuroyā na yatha tathāsmin // deheti mātraɱ bata mūḍharauṣa|“The vehicle that moves on the ground is different from the person in it // Similarly this body is also different from the person who is inside! // The owner of the body is different from the body. // Ah how foolish it is to think I am the body!”“Kendaraan yang bergerak di tanah berbeda dengan orang di dalamnya // Demikian pula tubuh ini juga berbeda dengan orang yang ada di dalam! // Pemilik tubuh berbeda dengan tubuh. // Ah betapa bodohnya menganggap aku adalah tubuh! "
just imageSanskrit : śuddhosi buddhosi niraɱjano’si //saɱsāramāyā parivarjito’si// saɱsārasvapnaɱ tyaja mohanidrāɱ// English : “You are pure, Enlightened, and spotless. //Leave the illusion of the world // and wake up from this deep slumber of delusion”//Indonesian :“Anda murni, Tercerahkan, dan tidak bernoda.// Tinggalkan ilusi dunia dan //bangun dari tidur nyenyak delusi ini "S (Sk) : Maɱdālasollapamuvāca putram|E (Eng) : Madalasa says to her crying son://I (Ina) : Madalasa berkata kepada putranya yang menangis:See : Prakata Agenda Racut : Kecakapan Proyeksi Bersiaga dalam kematian Menyadari dimensi pribadi - Living in Dying - pelatihan kematian etc Link data : Link video :
3b. BardoBardo : Kecakapan Bersiaga dalam naza kematian alamiah : aware consciously meditatif x neurotic paranoid jaga karma kebiasaan (sila/citta visuddhi dibba /brahma vihara etc) - awas karma menjelang kematian (+ karma lampau produktif ?)tanpa moha kebingungan alami (vs hewan) ; tiada lobha kemelekatan pengharapan semu (vs petta) ; tanpa dosa liar kebencian (vs niraya)dengan keberdayaan atasi bardo hingga level optimal yang mampu dicapai (tepatnya : layak didapat ... dan karenanya memang harus rela diterima) versi Buddhist ? : manusa > svarga < brahma 4 < suddhavasa < lokuttara nibbana video chant ema bardo dihapus ? (video pribadi ?) Hehehe... masih ada. Teks ini adalah ajaran Padmasambhava, di mana dia mengingatkan kita bagaimana membebaskan diri kita di enam Bardo yang berbeda. Buddhisme Tibet mengacu pada enam Bardo sebagai keadaan transisi; 1. bardo kehidupan ini, 2. bardo dari mimpi, 3. bardo dari meditasi, 4. bardo dari kematian, 5. bardo dari dharmata, dan 6. bardo dari penjadian. Di setiap bardo ada petunjuk yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami keadaan ini untuk mencapai pembebasan. Syair ayat di sini adalah instruksi singkat dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra Kesempurnaan Agung. Syairnya dimulai dengan Ema yang artinya, "whoa, this is for real! (Wah?, ini /untuk yang/ nyata!").
Google translate modified Bardo Song of Reminding Oneself
translated by Erik Pema Kunsang, melody: Tara Trinley Wangmo, vocals: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. Lagu Bardo untuk Mengingatkan Diri Sendiri diterjemahkan oleh Erik Pema Kunsang, melodi: Tara Trinley Wangmo, vokal: Sascha Alexandra Aurora Sellberg & Rodrigo Reijers. from the Secret Dakini Training Mother Tantra of the Great Perfection dari Pelatihan Dakini Rahasia Bunda Tantra dari Kesempurnaan Agung
Ema! Now that while the bardo of this lifetime is unfolding, I will not be lazy since there is no time to waste. Enter nondistraction’s path of hearing, thinking, training, While it is just now I have the precious human form. Since this free and favored form ought to have real meaning, Emotion and samsara shall no longer hold the reign. Ema! Sekarang sementara bardo dari kehidupan ini sedang berlangsung, Saya tidak akan malas karena tidak ada waktu untuk disia-siakan. Memasuki jalur tanpa gangguan dari pendengaran, pemikiran, pelatihan, Sementara sekarang aku memiliki wujud manusia yang berharga. Karena bentuk yang bebas dan disukai ini hendaknya memiliki makna yang nyata, Emosi dan samsara tidak lagi memegang kekuasaan.
Ema! Now that while the bardo of the dreamstate is unfolding, I will not sleep like a corpse, so careless, ignorant. Knowing everything is self-display, with recognition, Capture dreams, conjure, transform, train lucid wakefulness. Instead of lying fast asleep like animals are sleeping, I will use the Dharma just as in the waking state Ema! Sekarang sementara bardo dari keadaan mimpi sedang berlangsung, Aku tidak akan tidur seperti mayat, begitu ceroboh & bodoh cuek (tanpa tahu) Mengetahui segalanya adalah tampilan diri, dengan pengakuan, menangkap impian, sulapan, pengubahan, pelatihan kesadaran yang jernih. Daripada tidur nyenyak seperti binatang yang sedang tertidur, Saya akan menggunakan Dharma seperti dalam kondisi terjaga.
Ema! Now that while the meditation bardo is unfolding, I will set aside every deluded wandering. Free of clinging, settled within boundless nondistraction, I’ll be stable in completion and development. As I’m yielding projects to the single-minded training, Delusion and unknowing shall no longer hold the reign. Ema! Sekarang sementara meditasi bardo sedang berlangsung, Aku akan mengesampingkan setiap pengembaraan yang memperdaya. Bebas dari kemelekatan, menetap dalam ketidak-teralihkan yang tanpa terbatas, Saya akan stabil dalam penyelesaian dan pengembangan. Saat saya menyerahkan rencana pada pelatihan pikiran terpusat, Delusi dan ketidaktahuan tidak akan lagi memegang kendali.
Ema! Now that while the bardo of the death-state is unfolding, I will cast away attachment, clinging to all things. Enter undistractedly the state of lucid teachings, Suspending as a vast expanse this nonarising mind. Leaving this material form, my mortal human body, I will see it as illusion and impermanent. Ema! Sekarang sementara bardo dari kondisi kematian sedang berlangsung, Saya akan membuang kemelekatan, yang melekat pada segala hal. Masuk dengan tanpa gangguan pada keadaan ajaran yang nyata /jernih, Menangguhkan sebagai suatu hamparan luas pikiran yang tidak lagi muncul ini. Meninggalkan bentuk materi ini, tubuh manusia fana saya, Saya akan melihatnya sebagai ilusi dan tidak kekal.
Ema! Now that while the bardo of dharmata is unfolding, I will hold no fear or dread or panic for it all. Recognizing everything to be the bardo’s nature, Now the time has come for mastering the vital point. Colors, sounds and rays shine forth, self-radiance of knowing, May I never fear the peaceful-wrathful self-display. Ema! Sekarang sementara bardo dari dharmata sedang berlangsung, Aku tidak akan takut , gentar atau panik untuk itu semua. Mengakui segalanya sebagai sifat bardo, Sekarang waktunya telah tiba untuk menguasai poin penting. Warna, suara, dan sinar bersinar, pancaran kesadaran sendiri, Semoga saya tidak pernah takut pada tampilan diri yang penuh amarah dan damai.
Ema! Now that while the bardo of becoming is unfolding, I will keep the lasting goal one-pointedly in mind. Reconnecting firmly with the flow of noble action, I will shut the womb-doors and remember to turn back. Since this is the time for fortitude and pure perception, I will shun wrong views and train the guru’s union-form. Ema! Sekarang sementara bardo penjelmaan sedang berlangsung, Saya akan mengingat tujuan abadi dengan satu tujuan. Berhubungan kembali dengan kuat dengan aliran tindakan mulia, Aku akan menutup pintu rahim dan ingat untuk kembali. Karena inilah waktunya untuk ketabahan dan persepsi murni, Saya akan menghindari pandangan yang salah dan melatih bentuk persatuan (dengan) guru.
If I keep this senseless mind that never thinks of dying, And continue striving for the pointless aims of life, Won’t I be deluded when I leave here empty handed? Since I know the sacred Dharma is just what I need, Shouldn’t I be living by the Dharma right this moment, Giving up activities that are just for this life? Jika saya menyimpan pikiran tidak masuk akal yang tidak pernah berpikir tentang kematian, Dan terus berjuang untuk tujuan hidup yang tidak berarti, Apakah saya tidak akan tertipu ketika saya pergi dari sini dengan tangan kosong? Karena saya tahu Dharma suci adalah yang saya butuhkan, Bukankah seharusnya saya hidup berdasarkan Dharma saat ini, Memasrahkan kegiatan yang hanya untuk hidup ini?
These are the instructions which the gracious guru told me. If I do not keep the guru’s teachings in my heart, How can this be other than myself fooling myself? Ini adalah instruksi yang dikatakan oleh guru mulia itu kepada saya. Jika saya tidak menyimpan ajaran guru di hati saya, Bagaimana dapat ini bisa terjadi lainnya selain diriku yang membodohi diriku sendiri
Naza : awas nimitta bhavanga 3 (Bardo proses umum non meditator : Sial, umumnya tidak bisa melintasi jhana brahma bardo 1 ; (bardo 2 liburan kesurga ? belum cukup murni berlimpah akumulasi deposito karma baik + banyak tanggungan kredit karma buruk /miccha ditti ?) ; bardo 3 beruntung lahir kembali sebagai manusia atau harus terlempar keapaya (dampak MLD) atau terdampar di alam penantian hingga rebirth baru/ pralaya dunia ?proses khusus meditator (mystics, Buddhist, etc) :selamat berjuang hingga tujuan yang mungkin lebih baik untuk bisa dicapai ; (salam dari padaparama dihetuka bagi neyya tihetuka / yogi meditator ) Nextjika terdampar di apaya hidup sbg peta maka dengan upekkha kembangkan mudita (sikap apresiatif/positif atas niatan tindakan kebaikan lainnya) brahma vihara walau sulit. jika terlempar di apaya lainnya maka dengan upekkha kembangkan metta brahma vihara ( kewajaran kosmik untuk aktualisasi kesadaran kasih universal sebagaimana kesedemikiannya kaidah impersonal transenden niyama dhamma atas personal imanen terus berlaku walau tak butuh diakui dan tak sekedar bisa diyakini ) walau jelas sangat sulit.jika hidup di surga hidup sbg dewa maka dengan upekha kembangkan karuna (welas asih berbagi bahagia) & potensi tihetuka (alobha adosa amoha prasyarat meditator Jalan Kesucian); tidak mengumbar nafsu , dusta & sengketa (issa machariya-serakah mendengki apalagi membenci tidak juga menghalangi/ menyesatkan) (termasuk tridewa Mara- yama - asura atas triloka tusita ,tavatimsa,dunia ?) walau juga sulit. Wilayah kamavacara memang corrupted, Saka... bukan hanya pemenuhan kebutuhan, sekedar keinginan diri namun juga kekuasaan atas lainnya. Walau potentially segalanya akan berdampak jika telah masak/layak, Samsara memberikan kebebasan bukan hanya bagi Dhamma namun juga addhamma, tidak hanya agar terbebas dari jeratnya namun juga tetap tersekap didalamnya…. Itulah kenyataan sesungguhnya dari semuanya tanpa perlu menyalahkan atau membenarkan siapapun/apapun saja. Jika hidup di brahma jangan terlelap dalam kebahagiaan yang lebih dalam dari kenikmatan indrawi/ kehikmatan laduni tetap terjaga,menjaga dan berjaga untuk pengembangan kelanjutannya. walau juga sulit.Jika bisa tiba di wilayah kesadaran non samsarik alam antara suddhavasa selesaikan perjalanan pulang kerumah sejati atasi delusi mimpi citta 'aku' di halte ini.walau juga sulit.Jika telah tiba di wilayah kesadaran non alam samsarik nibbana... congrats. Selamat atas keterjagaan dari perjalanan tidur panjang penuh mimpi. selamat datang di rumah sejati esensi murni.Sikapi "Kebebasan" ini sebagai kebenaran pencerahan berkelanjutan bukan perayaan ke"aku'an untuk lengah terlelap lagi. Walaupun karena magga phala meniscayakan keberadaan & tindakan kiriya yang suci (selama belum parinibbana khanda Ariya Buddha tetap tidak terbebas dari 12 dampak karmik buruk kehidupan lampauNya juga Bhante Moggalana. Bhikkhu arahata sekalipun tetap bisa melakukan kesalahan (terinjaknya serangga oleh arahata karena buta, peraturan vinaya sanghadisesa merukunkan duniawi ?) walau tanpa sengaja/ tak diketahui. Namun totally, inilah realisasi dambaan neyya buddhist untuk terbebas dari dukkha .... terjaga dari mimpi samsarik. Pulang kembali ke rumah sejati. Hanya yang telah melampaui (ariya nibbana) bisa menghadapi kembali (samsara) dengan lebih baik lagi (kiriya x karma) dan karenanya wilayah samsara ini tidak lagi tepat bagi yang telah lulus/ lolos darinya. Keswadikaan nyata yang bukan hanya melampaui penderitaan namun juga kebahagiaan. (magandiya sutta)By the way, just kidding ... ada versi/type samsara baru di wilayah ini ? samsara ini saja yang walau hanya delusif tidak chaotik sudah cukup menyusahkan kita dalam memahaminya apalagi layak menembus dan melampauinya. Niyama Dhamma memang cukup mantap menjaga kaidah kosmik secara impersonal transenden... namun ketidak-segeraan dampak karmik, keterlupaan memory pra rebirth terlebih lagi tampak begitu 'rea'l-nya delusif fantasi keberadaan attha pada nama figur mimpi & sensasi kebahagiaan akan rupa (sulit untuk parichedanana?) benar-benar melengahkan dan menyesatkan (dan bahkan karena ketidak mengertiannya tidak sengaja apalagi terencana bukan hanya tidak mencerahkan namun bahkan saling menyesatkan lainnya walaupun dengan kepolosan, ketulusan dan kesadaran ).
3c. Alam Alam : Transit Dimensi Prajñāpāramitākebijaksanaan agung prajna paramitaOṁ! Namo Bhagavatyai Ārya-Prajñāpāramitāyai!Om | Aku memuliakan Sang Ariya Guru Suci yang telah mencapai kebijaksanaan agung prajna paramitaĀrya-Avalokiteśvaro Bodhisattvo, gambhīrāṁ prajñāpāramitā caryāṁ caramāṇo,Sang Ariya Bodhisatva Avalokiteśvara saat itu berdiam di dalam praktik kebijaksanaan agung prajna paramita,vyavalokayati sma panca-skandhāṁs tāṁś ca svabhāvaśūnyān paśyati sma.melihat ke dalam lima skhanda (agregat = pikiran dan tubuh / nama rupa ) dan ternyata mereka kosong dari sifat-diri
Iha, Śāriputra, rūpaṁ śūnyatā, śūnyataiva rūpaṁ;Di sini, Wahai Śāriputra, wujud adalah kekosongan, kekosongan adalah wujud;rūpān na pṛthak śūnyatā, śunyatāyā na pṛthag rūpaṁ;kekosongan tidak berbeda dengan wujud, wujud tidak berbeda dengan kekosongan;yad rūpaṁ, sā śūnyatā; ya śūnyatā, tad rūpaṁ;Segala apapun wujudnya, itu adalah kekosongan; Segala apapun kekosongan yang ada, itu adalah wujud.evam eva vedanā-saṁjñā-saṁskāra-vijñānaṁ.Begitu juga sama halnya untuk perasaan, persepsi, proses kemauan dan kesadaran.
Iha, Śāriputra, sarva-dharmāḥ śūnyatā-lakṣaṇā,Di sini, Wahai Śāriputra, segala dharma bersifat kosong , anutpannā, aniruddhā;Tanpa kemunculan, tiada pula kelenyapan ;amalā, avimalā;Tanpa ketiada-nodaan, tiada pula ketidakmurnian;anūnā, aparipūrṇāḥTanpa adanya kekurangan, tiada pula kelengkapan
Tasmāc Śāriputra, śūnyatāyāṁKarena itu, Wahai Śāriputra, dalam kekosongan ituna rūpaṁ, na vedanā, na saṁjñā, na saṁskārāḥ, na vijñānam;tidak ada bentuk, tidak ada perasaan, tidak ada persepsi, tidak ada proses kehendak, tidak ada kesadaran;na cakṣuḥ-śrotra-ghrāna-jihvā-kāya-manāṁsi;tidak ada mata, telinga, hidung, lidah, tubuh atau pikiran;na rūpa-śabda-gandha-rasa-spraṣṭavya-dharmāḥ;tidak ada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan, pikiran;na cakṣūr-dhātur yāvan na manovijñāna-dhātuḥ;tidak ada elemen mata (dan seterusnya) hingga tidak ada elemen kesadaran-pikiran;na avidyā, na avidyā-kṣayo yāvan na jarā-maraṇam, na jarā-maraṇa-kṣayo;tidak ada ketidaktahuan, tidak ada kehancuran ketidaktahuan (dan seterusnya) hingga tidak ada usia tua dan kematian,na duḥkha-samudaya-nirodha-mārgā;tidak ada kehancuran usia tua dan kematian; tidak ada penderitaan, kemunculan, lenyapnya, jalan;na jñānam, na prāptir na aprāptiḥ.tidak ada pengetahuan, tidak ada pencapaian, tidak ada non-pencapaian.
Tasmāc Śāriputra, aprāptitvād BodhisattvasyaOleh karena itu, Wahai Śāriputra, karena tiada yang ingin dicapai, Bodhisattva bebas dari segala gangguan pikiran,Prajñāpāramitām āśritya, viharaty acittāvaraṇaḥ,Beliau mengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaan, dan berdiam dengan pikirannya tidak terhalang,cittāvaraṇa-nāstitvād atrastro,memiliki pikiran yang tidak terhalang dia tidak gentar,viparyāsa-atikrānto, niṣṭhā-Nirvāṇa-prāptaḥ.mengatasi pertentangan, ia mencapai kondisi Nirvāṇa.
Tryadhva-vyavasthitāḥ sarva-BuddhāḥSemua Buddha berdiam di tiga masa denganPrajñāpāramitām āśrityamengandalkan Kesempurnaan Kebijaksanaananuttarāṁ Samyaksambodhim abhisambuddhāḥ.sepenuhnya terbangun menuju Keterjagaan Lengkap Sempurna yang tak tertandingi
Tasmāj jñātavyam Prajñāpāramitā mahā-mantro,Oleh karena itu, Kebijaksanaan Sempurna prajna paramita adalah mantra yang agungmahā-vidyā mantro, 'nuttara-mantro, samasama-mantraḥ,mantra pengetahuan agung, mantra yang tertinggi, mantra yang tak tertandingi,sarva duḥkha praśamanaḥ, satyam, amithyatvāt.Secara tuntas mengatasi semua penderitaan, sebagai kebenaran sejati yang tak mungkin palsu.
Prajñāpāramitāyām ukto mantraḥDalam Kesempurnaan Kebijaksanaan mantra telah diucapkantad-yathā:dengan cara berikut inigate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!
Iti Prajñāpāramitā-Hṛdayam SamāptamDengan demikian Kesempurnaan Kebijaksanaan dari Hati Lengkap disampaikan
gate, gate, pāragate, pārasaṁgate, Bodhi, svāhā!pergi, pergi, pergi melampaui, pergi sepenuhnya ke luar, dalam Kebangkitan, dengan keberkahan!
Dimensi Samsarik
atau tabel hipotesis yang agak 'gila' dari kami ini
Wilayah
1
2
3
Transendental
Nibbana ‘sentra’ ?
Belum diketahui ? 7
Tidak diketahui ? 8
Tanpa diketahui ? 9
Nibbana ‘sigma’?
Belum mengakui ? 4
Tidak mengakui ? 5
Tanpa mengakui ? 6
Nibbana ‘zenka’ ?
Arahata 1
Pacceka 2
Sambuddha 3
Universal
Brahma Murni (Suddhavasa)
Anagami 7 (aviha Atappa)
Anagami 8 (Sudassa Sudassi)
Anagami 9(Akanittha)
Brahma Stabil (Uppekkha )
jhana 4 (Vehapphala)
Asaññasatta 5 (rupa > nama)
Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 )
Brahma mobile (nama & rupa)
Jhana 1 (Maha Brahma)
Jhana 2 (Abhassara)
Jhana 3 (Subhakinha)
Eksistensial
Trimurti LokaDewa
Vishnu 7 (Tusita)
Brahma 8 (Nimmãnarati)
Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti)
Astral Surgawi
Yakha (Cãtummahãrãjika) 4
Saka (Tãvatimsa) 5
Yama (Yãma)6
Materi Eteris
Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya)2 Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3
Wilayah | 1 | 2 | 3 | |
Transendental | Nibbana ‘sentra’ ? | Belum diketahui ? 7 | Tidak diketahui ? 8 | Tanpa diketahui ? 9 |
Nibbana ‘sigma’? | Belum mengakui ? 4 | Tidak mengakui ? 5 | Tanpa mengakui ? 6 | |
Nibbana ‘zenka’ ? | Arahata 1 | Pacceka 2 | Sambuddha 3 | |
Universal | Brahma Murni (Suddhavasa) | Anagami 7 (aviha Atappa) | Anagami 8 (Sudassa Sudassi) | Anagami 9(Akanittha) |
Brahma Stabil (Uppekkha ) | jhana 4 (Vehapphala) | Asaññasatta 5 (rupa > nama) | Anenja 6 ( nama > rupa arupa brahma 4 ) | |
Brahma mobile (nama & rupa) | Jhana 1 (Maha Brahma) | Jhana 2 (Abhassara) | Jhana 3 (Subhakinha) | |
Eksistensial | Trimurti LokaDewa | Vishnu 7 (Tusita) | Brahma 8 (Nimmãnarati) | Shiva 9 (Mara? Paranimmita vasavatti) |
Astral Surgawi | Yakha (Cãtummahãrãjika) 4 | Saka (Tãvatimsa) 5 | Yama (Yãma)6 | |
Materi Eteris | Dunia fisik(mediocre’ manussa &‘apaya’ hewan iracchãnayoni) + flora & abiotik ? / 1 | Eteris Astral apaya (‘apaya’ Petayoni & ‘apaya’ niraya) 2 | Eteris Astral apaya Asura (petta & /eks?/ Deva ) 3 |
Tentang Paska Kematian / Aneka Keberadaan =
Setiap dimensi samsarik memiliki faktor persyaratan karmik & kehandalan kosmik (untuk mengalami & mengatasinya) Walaupun fenomena mandala ini memang beragam level & labelnya (terpilah > terpisah ?) namun secara realitas terpadu adanya (esensi>energi>materi). Bersedia untuk senantiasa terjaga menjaga berjaga (apapun juga hasilnya ... jangan susah apalagi menyusahkan lagi di alam ini ) Terlepas dari pembenaran kebanggaan keakuan & kepentingan kemauan , dalam perspektif keEsaan apapun alamnya itu memang seharusnya adalah baik (setidaknya adil ... tepat bukan hanya sesuai dengan level batin zenka penghuninya namun juga demi keberlangsungan dimensi mandala alam tersebut). Misalnya begitu menderitanya seorang puthujjana yang masih sakau, galau & kacau dengan kesombongan, keserakahan & kebencian jika harus berada di level kemurnian nibbana (Well, para Asekha di dimensi ini harus melampaui niraya eksternal baru juga, lho dengan keberadaan penghuni baru ini demikian juga wilayah ini). Ini juga berlaku di level samsarik kamavacara juga, lho. Terkadang sangat memprihatinkan para guardian niraya yang mengurus jasa laundry pemurnian jiwa dari dosa mereka yang mengotori dirinya sendiri (So, sesungguhnya siapa menyiksa siapa, bro?) ketimbang para guardian svarga yang hanya melayani pengumbaran lobha kenikmatan atas pahala kebaikan jiwa hingga batas akhir depositonya. Well, penangguhan mungkin memang bisa diterima jika demikian (too risky for all ...jadi perlu alam antara pra pralaya?). So, biarkan advaita niyama dhamma melayakan keniscayaan yang tepat bagi semuanya secara transenden impersonal termasuk juga siklus pralaya (demi penyegaran atau pemusnahan ?) . Sebagaimana dimensi samsarik lainnya ( apaya, surga bahkan alam Brahma sekalipun), dunia ini hanyalah terminal transit bagi evolusi spiritualitas diri berikutnya. Peluang kesempatan / tanggung jawab sebagai manusia dsb dalam membawa keberkahan diri dan lainnya ... tidak sekedar berlibur, terhibur dan dikubur sebagai manusia untuk hanya kembali calon mayit/ demit ?
jadi, inget kata Buddha & para Suci lainnya : kelaziman ( kebodohan atau kewajaran?) kita cenderung menjadikan apaya menjadi rumah tinggal berikutnya (walau sesungguhnya bukan itu sangkaan pandangan & harapan keinginannya ... ironis atau tragis ?) Well, jika tiada faktor non-operative mahakammavibhanga ... walau tidak dimaksudkan sekalipun by product kelayakan pemurnian sila bukan hanya bisa lampaui apaya (alobha x petta, adosa x neraka, amoha x tirachana ... asura ?) namun juga layakan investasi deposito kebajikan untuk digunakan liburan sementara kapling dimensi surgawi jika diperlukan (just refreshing penyegaran atau malah recraving pengumbaran ?) ; yang lebih penting jika mampu pencapaian meditatif bisa bereffek pada peningkatan intelgensi kecakapan yang lebih baik apalagi ditunjang panna kebijaksanan yang berkembang . Okelah .Piya Tan untuk bahasan Mahakammavibhanga sutta
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya.pdf
2020-04-22 22:27
492482
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya1.pdf
2020-04-22 23:18
512939
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya.pdf
2020-04-22 22:27
605851
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya1.pdf
2020-04-22 23:18
606406
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya.pdf | 2020-04-22 22:27 | 492482 | |
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.15-Cula-Kamma-Vibhanga-S-m135-piya1.pdf | 2020-04-22 23:18 | 512939 | |
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya.pdf | 2020-04-22 22:27 | 605851 | |
PIYA TAN OKE/SUTTA/SD/4.16-Maha-Kamma-Vibhanga-S-m136-piya1.pdf | 2020-04-22 23:18 | 606406 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar